Apa teman-teman pernah mendapat obat yang pada etiketnya tertulis “kocok dahulu”?
Kalo teman-teman mendapat seperti itu, apa yang teman-teman akan lakukan? Kocok dahulu atau tidak mengocok dan langsung dituang di sendok dan langsung minum?
Yuk kita mengenal lebih lanjut fakta dibalik “kocok dahulu”
“kocok dahulu” sering dijumpai pada sediaan cair khususnya suspensi. Suspensi????? Maksud loh? Santai dulu broh hehe menurut kitab orang Farmasi (Farmakope Indonesia edisi V), suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair.
Apa hubungannya dengan label “kocok dahulu”?
Nah kata kuncinya suspensi itu partikel padat yang terdispersi. Partikel-partikel tersebut memiliki kecenderungan untuk bersatu dan membentuk suatu gumpalan sehingga mengendap di dasar botol.
Sederhananya teman-teman bisa bayangkan partikel-partikel tersebut tidak larut dalam fase cairnya jadi partikel-partikelnya akan berkumpul di dasar botol. Nah jika teman-teman tidak mengocoknya dan langsung tuang di sendok dan minum berarti yang teman-teman tuang hanyalah cairan kosongnya saja tanpa zat aktif karena zat aktifnya sedang berkumpul atau sedang arisan di dasar botol wkwk. Kalau seperti itu apa obat yang diminum akan memberikan efek? Jawabannya pasti. Pasti tidak memberikan efek, ya kan? Hehe kita lanjut ya, kalo lama kelaman teman-teman minum dan saatnya obat sudah sampai di dasar botol atau mendekati dasar botol, maka teman-teman akan minum zat aktifnya semua. Bukankah itu sudah kelebihan dosis/ memberikan dosis yang beracun?
Teman-teman pasti bertanya kok bisa? Ya memang bisa teman-teman. Peristiwa ini dinamakan Flokulasi. Flokulasi terjadi dengan beberapa mekanisme tapi disini saya hanya akan membagikan 2 mekanisme.
Pertama, adanya chemical bridging, yaitu agregasi yang disebabkan oleh interaksi kimia antara ion yang teradsorpsi dari permukaan partikel dan ion presipitasi pada media.
Kedua, flokulasi dapat terjadi karena adanya rantai polimer atau polielektrolit dalam konsentrasi rendah melalui mekanisme physical bridge. Hal ini umumnya terjadi ketika polimer dengan bobot molekul yang tinggi teradsorpsi pads permukaan tanpa penjenuhan.
Lalu, apa saja contoh sediaan suspensi?
Sediaan suspensi banyak digunakan seperti pada obat maag (mylanta, promag, antasida suspensi), suspensi kering antibiotik (amoxsisilin sirup), dll.
Kalo teman-teman bertanya darimana kita tau sediaan itu suspensi atau bukan, teman-teman bisa melihat tulisan suspensi pada kemasannya.
Mengapa hal ini penting untuk diperhatikan teman-teman?
Mari kita simak kasus berikut:
Ada seorang pasien 35 tahun yang menerima obat karbamazepin untuk kejang. Setelah melalui evaluasi, ditemukan bahwa kadar karbamazepin dalam darah ternyata di bawah konsentrasi terapeutiknya. Oleh karena itu, dilakukan peningkatan dosis secara bertahap. Pada hari ke -7 perawatan, pasien terlihat mengantuk, kemudian pingsan, tidak responsif dan mengalami hipotensi. Saat dilakukan pengecekan kadar obat dalam darah ternyata kadarnya meningkat sampai pada dosis toksis. Apoteker menyimpulkan bahwa kasus yang terjadi di atas disebabkan karena tidak mengocok dahulu sebelum pemberian sehingga dosis awal sangat encer.
Bayangkan itu hal kecil yg sangat memiliki dampak besar.
Nah kalo teman-teman mendapatkan obat yang pada labelnya tertuang “kocok dahulu” jangan lupa di kocok dahulu ya teman-teman karena jika tidak maka akan menimbulkan kerugian terhadap tubuh teman-teman.
Seperi lirik lagu dari Bondan Prakoso “overdosis, rumah sakit nyawa pun melayang”
Jangan lupa bagikan info ini juga ke orang-orang terdekat, orang tua, sahabat, teman kerja, pacar, dll.
(Sumber: Farmasetika.com)
Sekian dan terima kasih.
Oia lupa, selamat Natal 25 Desembet 2018 dan selamat Tahun baru 01 Januari 2019.
Kasih Tuhan beserta selalu.
Komentar
Posting Komentar